Minggu, 14 Agustus 2011

6 Tips Membuat Tipografi Lebih Menarik

Berikut 6 tips dasar untuk membuat tipografi lebih menarik, nyaman dan mudah terbaca : 

Kerning 
Kerning adalah jarak antar huruf. Dan ini merupakan favorit saya, kalau sudah bingung bagaimana membuat judul/kalimat tertentu menjadi lebih menarik, saya biasanya mendempetkan kerning pada judul/kalimat tersebut. Namun harap di perhatikan, jangan sampai terlalu mendempetkan kerning karena hasilnya judul/tulisan akan susah terbaca dan terasa ‘penuh’. Jadi, gunakanlah teknik ini secukupnya.

Pemilihan Font
Pemakaian jenis font yang tepat dapat membantu desain menjadi lebih menyatu dan lebih cepat mengkomunikasikan maksud dari desain. Misalnya, pada desain brosur kecantikan, kita tidak mungkin menggunakan font yang ‘keras’, berbentuk kaku dan tebal. Akan lebih tepat jika kita menggunakan font yang tipis dan luwes, sesuai dengan kepribadian target market yang di tuju, yaitu wanita. Jenis font bisa di ibaratkan jenis ‘suara’ yang berbicara pada desain. Font dengan gaya tebal akan terasa seperti suara laki-laki dan bersuara berat. Font berbentuk kaku dan kotak-kotak, akan terasa seperti robot atau mesin yang berbicara, dan seterusnya. Masing-masing jenis font mempunyai jenis suara tersendiri.

Berat dan Ukuran
Kita bisa memainkan berat (tebal tipis) dan ukuran (besar kecil) font, untuk memberikan emphasis (elemen mana yang akan di baca atau di tampilkan terlebih dahulu). Sehingga secara tidak langsung pembaca akan di tuntun sesuai dengan flow yang kita mau. Cara ini juga untuk mencegah pembaca pusing akan bagian mana yang seharusnya di lihat terlebih dahulu. Salah urutan dalam membaca akan mengakibatkan informasi yang kita sebarkan susah di mengerti.

Leading
Leading adalah jarak spasi antara kalimat atas dan bawah dalam satu paragraf. Biasanya elemen ini jarang di utak-atik oleh kebanyakan desainer. Padahal leading yang di atur dengan baik akan membuat pembaca tidak merasa lelah jika mereka membaca suatu artikel yang panjang. Jarak yang di hasilkan jika kita memainkan leading akan memberikan kesan ruang kosong (whitespace). Yang tentu saja membuat mata tidak cepat lelah saat melihat teks yang begitu banyak.

Warna
Warna pada font biasanya di sesuaikan dengan background. Jika background berwarna (foto) maka lebih baik menggunakan 1 warna font yang netral (putih misalnya). Yang pasti harus menghasilkan kontras yang cukup, sehingga tetap nyaman di baca dan tidak ‘menusuk’ mata. Teman-teman desainer kebanyakan pasti menyukai warna background hitam, namun masalahnya kalau di website, kombinasi background hitam dan teks putih itu akan menghasilkan ‘efek negatif film’ pada mata saat kita selesai membaca. Akan lebih baik jika warna background di buat tetap gelap, namun tidak hitam 100%, dan berikan warna abu-abu muda pada font. Dengan begitu maka mata tidak akan terlalu lelah dan ‘efek negatif film’ tidak akan ada lagi.

Lebar Paragraf
Hal ini sangat penting, karena sangat mempengaruhi kenyamanan membaca. Coba bayangkan paragraf yang lebar di halaman website dengan artikel yang panjang. Kita sampai harus perlu memutar kepala sedikit (dari kiri ke kanan) untuk membaca artikel tersebut. Saya jamin kita hanya akan bertahan 1-2 paragraf saja! Idealnya paragraf tidak terlalu lebar (dan tidak terlalu pendek), harus di sesuaikan dengan besar font juga. Untuk ini memang kita harus mencoba langsung membaca paragraf yang kita desain untuk menemukan lebar yang ideal. Jika kita masih menggerakan kepala lumayan sering, itu artinya kita harus mengatur kembali lebar paragraf tersebut.



Tipografi


Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan
merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah
media terpan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan
media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai
estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang
tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentukbentuk
visual. 

Huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini
dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa
diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, sertainteraksi huruf
terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya. Perjalanan desain dan gaya huruf latin mulai diterapkan pada awal masa kejayaan kerajaan ROMAWI. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil
menaklukkan Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan
diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari
Yunani. Pada awalnya alfabet Latin hanya terdiri dari 21 huruf : A, B, C, D, E, F, G, H,
I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam
alfabet Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga huruf
tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga jumlah
keseluruhan alfabet Latin menjadi 26. 

Anatomi Huruf
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan
mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan
ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu
dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun
1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini
berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah
gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu
hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’
sebuah gambar diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan
figure dan ruang negatis yang disbut dengan ground.

Jenis – jenis Huruf
Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain sbb :
1. Roman
Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada
ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garisgaris
hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan
feminin.
2. Egyptian
Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi
seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang
ditimbulakn adalah kokh, kuat, kekar dan stabil.
3. Sans Serif
Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki
sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir
sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer
sama.
4. Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau
pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah
sifast pribadi dan akrab.
5. Miscellaneous
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki
adalah dekoratif dan ornamental.
Dalam pemilihan jenis huruf, yang senantiasa harus diperhatikan adalah karakter
produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya. Seperti misalnya
pada produk minyak wangi untuk wanita jarang yang menggunakan jenis huruf
Egyptian karena berkesan kuat dan keras dan biasanya mempergunakan jenis huruf
Roman yang bernuansa klasik dan lembut sehingga cocok dengan karakter minyak
wangi dan wanita.